Quo Vadis: ‘Lauh Mahfuz’ Versi Muhammad?

Kalau ditanya kepada teman Muslim apa itu Al-Quran? O, itu sudah dijelaskan sangat banyak dan luas oleh setiap Muslim kepada sesamanya atau kepada non-Muslim (walau jawabnya bisa macam-macam). Tetapi kalau ditanya DIMANAKAH Al-Quran ASALI itu berada atau tersimpan? Maka setiap Muslim akan garuk-garuk kepala, karena menyangkut keberadaannya didunia maupun diakhirat, yang kedua-duanya tidak diketahui dengan jelas ada dimana persisnya saat ini!

Oleh: Kalangi

(Rabu, 28 Januari 2015)

QURAN DI DUNIA

Kita semua kini tahu bahwa sejumlah salinan Mushaf Utsmani asli telah terkumpul dan terdistribusi semasa kekhalifahannya ditahun 22-34 AH (644-656 M). Dan mushaf ini dianggap sama persis dengan Quran yang kita pegang sekarang ini. Namun tidak satupun dari salinan asli tersebut dapat ditemukan dimanapun saat ini.

Dimanakah salinan-salinan yang telah dikumpulkan dan diselaraskan oleh khalifah Uthman itu?

Para Muslim lazimnya merujuk kepada dua buah ‘mushaf  lama', satu di Topkapi, Istanbul dan satu lagi di Tashkent Uzbekistan. Namun untuk kedua mushaf ini telah ditarikhkan oleh para ilmuwan dan ahli sejarawan bahwa dokumen-dokumen ini tidak lebih awal daripada 900 tahun Masehi. Sebaliknya, ahli-ahli sejarawan Barat malah sudah menganalisis bahwa naskah Quran yang eksis paling awal justru yang naskahnya berhuruf al-Ma'il dan itu tersimpan di British Museum-London, bertarikh 150 AH atau 770 M. Jadi bagaimana kejadiannya sampai “Quran-Asli” yang dipercayai sangat terjaga oleh Allah disiNya dalam Lauh Mahfuz itu bisa “ditempatkan” di dunia ini sebegitu rancu dan tidak diketahui dimana rimbanya?  
 
QURAN DI SORGA

Pertanyaan besar lainnya adalah lebih membingungkan:
Apakah Quran itu Qadim dan Kekal seperti Allah sendiri, ataukah ditulis oleh Allah belakangan dan ditempatkan disisiNya, yang Dia sebut sebagai “Lauh Mahfuzh”?

Bagaimana keberadaannya sesungguhnya? Ini sebenarnya adalah pertanyaan maha-besar yang harus dijawab oleh Allah sendiri, dan bukan oleh manusia atau mahkluk (siapapun dia). Artinya hanya Quran sendiri yang punya otoritas untuk menerangkan siapa dan bagaimana KEBERADAAN DIRINYA dan PENEMPATANNYA. Muhammad bahkan juga Jibril sekalipun tak akan qualified untuk menjawabnya. Para Ulama tentu menyadari hal ini namun mereka sendiri – sama seperti Muhammad - juga tidak tahu selain mengatakan bahwa Quran itu ditulis dan ditempatkan dalam Lauh Mahfuz disisi Allah!

Jadi, kembali kerancuan yang berganda: Apa itu Lauh Mahfuhz menurut Quran dan Muhammad?

Dari belasan ayat Quran yang menerangkan tentang Lauh Mahfuz,  para ulama harus sependapat untuk menempatkan Lauh Mahfuzh ( Arab: لَوْحٍمَحْفُوظٍ) sebagai kitab tempat Allah menuliskan seluruh skenario/catatan kejadian di alam semesta. Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali diantaranya adalah dalam surah Az-Zukhruf 43: 4, Qaf 50: 4, An-Naml 27: 75, dll. (Wikipedia Indonesia).

Kata lauh berarti papan atau lempengan atau juga sebuah tablet untuk menuliskan. Sedangkan mahfuzh berarti yang terpelihara. Perlu dikoreksi bahwa ekspresi lauh mahfuzh sebenarnya TIDAK disebutkan sebanyak 13 kali dalam Quran (re: Wikipedia), dan juga bukan 16 kali seperti yang ditafsirkan dalam Quran versi terjemahan Mohsin Khan, melainkan SATU dan hanya satu kali saja disebut per-se dalam Quran, yaitu

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh” (QS.85:21-22).

Namun belasan ayat lain-lain yang memang mengimplikasikan Lauh Mahfuzh segera dipakai oleh para pakar Islam untuk memperlihat bahwa Lauh Mahfuzh itu diartikan sebagai Kitab dalam tiga dimensi yang mencakup universalitasnya dalam totalitas, keutuhan yang terjaga, dan kesempurnaan yang nyata dan kekal:

1. Yaitu Induk Alkitab atau Ummul Kitab disisi Allah berasarkan Qs.43:4, yang adalah justru tempat dimana Quran menjadi bagian dari keseluruhan Kitab-kitab tertulis dari para nabi yang pernah ada. Dengan demikian Quran (Islam) dengan ketipisan 6.240 ayat, bersama-sama Alkitab (Yahudi-Nasrani) dengan ketebalan 41.173 ayatnya – dan entah Kitab mana yang lain-lain—semuanya akan tercatat didalam cakupan Induk Alkitab Lauh Mahfuzh.

2. Dan ini diartikan sebagai Kitab Yang Terpelihara atau Kitabbim Maknun disisi Allah berdasarkan QS. 50:4, 6:38, dan 56:78. Dan ini sekaligus mengimplikasikan bahwa semua wahyu Allah tidak ada yang lolos, keropos, terkorupsi, atau hilang dari padanya. Tak ada yang dialpakan!

3. Sekaligus pula ia disebut sebagai Kitab Yang Nyata atau Kitabim Mubiin menurut QS.27:75, dan 10:61, dimana tak ada event apapun -- yang ghaib atau non-ghaib, dimasa lalu atau mendatang -- semuanya tak mungkin tersembunyi, biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit , melainkan isinya dicatatkan kedalam Lauh Mahfuzh!

 

QURAN TERJAGA, KITABULLAH LAIN DITERLANTARKAN?

Nah, jikalau begitu adanya, maka masalah serius pun datang sebegitu Muhammad (dalam Quran) selesai menggambarkan apa itu Lauh Mahfuzh. Orang segera akan mempertanyakan dimana bersembunyinya Taurat dan Injil Asali, ketika Muslim dimana-mana selalu menuduh Alkitab itu sudah terpalsu atau hilang yang aslinya! Bukankah telah di-ayatkan oleh yang Empunya ayat bahwa “tidak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimatNya”? (Qs.18:27). Apakah sesuatu yang SELALU berada disisi Allah dalam Lauh Mahfuzh bisa dicuri, dirobah, diusik atau dinajisi oleh Paulus, pendeta-pendeta tengik, bahkan syaitan dan Iblis? Ataukah bagian-bagian khusus dari Kitab-Tuhan (Taurat, Zabur, Injil asli) memang bisa dipilah-pilih oleh Syaitan untuk dicuri karena Allah MENGIZINKANNYA? Bukankah justru karena Tuhan tidak mengizinkan sedikitpun kalimatNya untuk diubah manusia dan setan, maka FirmanNya bisa dipercayai oleh manusia?! Jikalau Lauh Mahfuzh adalah tempat Induk Alkitab yang telah dinyatakan Allah sebagai Maknun dan Mubin, maka bagaimana koq bisa ada bagian-bagian rekamannya yang tidak maknun dan tidak mubin, alias kecolongan?

Lauh Mahfuzh, yaitu yang merekam segala qadha dan takdir Allah, segala sesuatu yang sudah, sedang, atau yang akan terjadi di alam semesta ini, masihkah ia Lauh Mahfuzh? Dan Allah swt., masihkah Dia Allah yang tetap berkata, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS 15:9)?

Para pakar Islam berkata bahwa Allah telah menjadikan Lauh Mahfuzh ini sebagai tempat untuk menyimpan segala rahasia di langit dan di bumi, sekalipun Jin dari golongan setan akan berusaha untuk mencuri rahasia yang tertulis di dalamnya demi untuk menipu manusia. Namun bukankah penipuan “dengar-dengaran” begini tidak akan menghilangkan sebagian atau seluruh wahyuNya? Dan bukankah malahan setan akan mendapatkan balasan semburan apiNya (?), 

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang. (QS.15:16 - 18).

Tampak sekali bahwa konsep Lauh Mahfuzh - dalam kaitannya dengan kitab-kitab Allah - bukan hanya tidak terjelaskan dalam teologi Islam, melainkan sudah mendiskreditkan Islam dan Quran sendiri. Bagaimanapun,  tetaplah Taurat dan Injil yang sama ditempatkan “satu-wadah disisi Allah” mustahil bisa di-pilah-pilih dan dicuri oleh syaitan sehingga hilang sebagiannya dari bumi ini, bahkan juga hilang dari Lauh Mahfuzh yang Nyata, Terpelihara, dalam Induk Alkitab! Lauh Mahfuzh ala Muhammad ini tidak pernah disebutkan oleh Tuhan Elohim kepada Musa, Daud, Yesus dll dalam AlkitabNya. Ia tampaknya tidak lain tidak bukan hanyalah sebuah Papan/ Lempengan/ Tablet -- Made by Muhammad sendiri dalam mimpinya belaka!
 
TUNDUK PADA KRONOLOGI?

Tetapi pertanyaan awal kita belum juga terjawab oleh Islam, yaitu:
Apakah Quran itu pre-eksist (qadîma azaliyya) dan kekal seperti Allah sendiri, ataukah ditulis oleh Allah belakangan dan baru kemudian ditempatkan disisiNya, yang Dia sebut sebagai “Lauh Mahfuzh”?

Ini adalah perdebatan yang panjang sejak dulu dikalangan pakar-pakar Islam sendiri. Mu’tazila dan Shi’ah misalnya menolak Quran itu qadim (tanpa awal). Namun kalangan Sunni menganut Quran itu sebagai qadim dan tidak diciptakan. Dan kembali teologi Islam kacau tanpa-guna dan tidak berdaya memberi solusi final, walau Muslim pada umumnya lebih memilih orthodoksi Islam bahwa Quran itu bersifat dari kekal hingga kekal, namun itu adalah urusan dilematis Islam sendiri.

Namun orang-orang Kristiani justru merasa berkepentingan untuk mempertanyakan bagaimana kaitannya Lauh Mahfuz dengan Alkitab mereka – khususnya dengan kitab Zabur -- dalam urutan KRONOLOGI eksistensinya sejak awal semesta? Wahyu Quran dalam Lauh Mahfuzh sungguh tak bisa dipahami:

“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh” (QS.21: 105).

Yang mana memperlihatkan bahwa firman Allah untuk Daud (Zabur) yang baru dihadirkanNya di abad 10 SM, namun ternyata telah dihadirkan pula (dicipta dalam tulisanNya) lama sebelumnya disaat pasca urutan kronologis kehadiran Lauh Mahfuzh yang tentunya adalah di-awal-kekekalan. Akhirnya, hal ini tentu akan memicu persoalan yang lebih konyol lagi, yaitu bahwa semua Arasy Allah, Lauh Mahfuzh, Pena Allah, Firman dan Qadar dll KECUALI ALLAH, semuanya itu tidaklah qadim karena harus tunduk pada kronologi waktu yang nota-bene adalah UNSUR CIPTAAN!

Tetapi bukankah segala sesuatu telah tercipta karena Firman Allah yang berkata :

“KUN”, dan terjadilah? (QS.3:47, 6:73, 16:40 dll) sehingga Firman Allah jelas tidak termasuk “zat” yang diciptakan?

Dan bila Firman Allah bukan ciptaan,

Tapi Quran adalah FirmanNya,

Maka Quran pastilah bukan ciptaan!

 

KESIMPULAN AKHIR

Di dunia ini tidak ada satu orangpun yang berotoritas untuk berbicara tentang Sorga, kecuali Dia yang datang dari sana. Namun Muhammad telah terlalu berani berbicara akan dunia yang tak dikenalnya. Padahal, jangankan sorga, tanah Israel pun tidak Muhammad ketahui secuilpun! Maka Quran tidak memuat sebuahpun nama tempat dan kota Israel. Muhammad tidak tahu Betlehem, kota Daud, yang sekaligus merupakan kota kelahiran YESUS sebagaimana yang telah dinubuatkan dan disebutkan berkali-kali dalam Alkitab (Kitab Nabi Mikha 5:1, Matius 2:5,6,8,16, Lukas 2:4, 11, 15). Muhammad tidak tahu kemana Maryam harus minggat ke “suatu tempat  disebelah timur”, padahal Maryam mestinya baik-baik saja tatkala itu dan tak perlu minggat (QS.19:16, yaitu masa baik-baik sebelum hamil “anak-haram”).Kelak sesudah Maryam hamil tua, Muhammad juga tidak tahu dimana tempatnya Yesus dilahirkan, sehingga hanya dikatakannya bahwa Maryam melahirkan Yesus “di suatu tempat yang jauh” (QS.19:22 ff). Bahkan Muhammad tidak tahu dan tidak sekalipun menyebut kota Yerusalem dalam Quran! Ia tak tahu geografi dunia, lalu bagaimana bisa tahu “geografi surga” yang didongengkannya secara amat konyol? 

Lihatlah, untuk menutup ketidak-tahuannya tentang surga, Muhammad nekad berspekulasi bahwa surga-Islamik adalah juga tempat para preman-Muslim bercokol, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Seseorang datang kepadaku dari Tuhanku membawa berita: Sesunguhnya, barangsiapa di antara umatku yang mati, sedangkan dia tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, orang itu masuk surga.”  Aku (Abu Dzar) bertanya, “Sekalipun orang itu berzina dan mencuri?”

Jawab Nabi, Ya, sekalipun dia berzina dan mencuri.” (Shahih Bukhari, no.647) 

[Versi lain dalam Shahih Muslim malahan bertumbukan keras dengan Shahih Bukhari. Disitu bukan Abu Dzar yang bertanya kepada Muhammad, melainkan Muhammad-lah yang bertanya-jawab kepada Jibril:

Saya (Muhammad) berkata lagi, sekalipun ia mencuri dan berzinah?

Jibril berkata: YA, bahkan sekalipun ia minum minuman keras. (HS.Muslim 5.2175)]

Lihat pula betapa surga Islam juga digambarkan Muhammad sebagai tempat kehidupan orgy seks bagi setiap Muslim, dimana syuhada disuguhi 72 bidadari yang selalu jadi perawan kembali? Surga mana justru tidak menjelaskan dimana syuhada wanita dan istri-istri pria poligamis itu harus ditempatkan. Atau lebih blak-blak-an lagi, bagaimana nasib belasan ummul mukminin (istri-istri Muhammad) harus didekatkan kepada Muhammad dan dimuliakan ditengah-tengah para bidadari yang jauh lebih menggairahkan? Ingat, “isteri-isteri Muhammad adalah para ibu semua orang mukmin”, termasuk para syuhada! (al-Ahzab: 6). Dan ingat, Saudah binti Zam’ah sudah lama tidak seranjang dengan Muhammad sejak ia menyerahkan giliran-ranjangnya kepada Aisyah!!

Inilah semua omong-kosong sesat tentang Surga Islamik yang DIOBRALKAN Muhammad sampai menjadi semacam Sentra Seks dan Dunia Preman bagi pezina dan pencuri dan pemabok!

Tetapi YESUS mendamprat semua omong-kosong yang sudah menggila ini: “Kamu SESAT, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Elohim! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga” (Matius 22:29-30).

YESUS berkata bahwa hanya Dia-lah yang berotoritas untuk berkata-kata tentang sorga:

“… Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak seorangpun yang telah naik ke sorga, selain daripada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia (Yesus)” (Yoh.3:12-13).

Maka belasan ayat tentang essensi ‘LAUH MAHFUZ’ dan keseluruhan 114 Surat Quran didalam Lauh Mahfuz disisi Allah itu sungguh merupakan produk imajinasi Muhammad yang paling kacau-balau, tak bertanggung jawab, dan menyesatkan!