Mempertanyakan Klaim: ‘Quran diturunkan dalam bahasa Arab’ agar orang dapat mengerti?

Menarik jika melihat bagaimana Allah merasa perlu untuk memasukkan beberapa pernyataan ke dalam Quran yang menyatakan bahwa: 1). Quran ditulis dalam bahasa Arab murni dan 2). Quran itu jelas dan dapat dimengerti.

Sebagai contoh, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya” (Quran 12:1-2); dan “Al Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang” (Quran 16:103, lihat juga Quran 26:193-195).

Kita akan dicobai untuk langsung berespon: Nah, siapa yang mengatakan Quran bukan dalam bahasa Arab? Menekankan bahwa Quran ditulis dalam bahasa Arab tentunya adalah membuat pernyataan yang sangat aneh jika natur “bahasa Arab murni” yang dimiliki Quran sudah jelas bagi semua orang!

Jadi nampaknya setidaknya ada segelintir orang yang memiliki pertanyaan-pertanyaan yang serius mengenai darimana tepatnya Quran berasal. Kecurigaan-kecurigaan ini selanjutnya dikonfirmasi ketika orang mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai bahasa Arab yang digunakan dalam Quran dan mengenai kejelasannya. Pertanyaan-pertanyaan menarik berikut ini timbul dari investigasi semacam itu:

 

Quran memuat beberapa ‘perkataan sia-sia’

Di dalam Quran terserak beberapa kombinasi huruf yang seakan terbaca sebagai kata-kata namun tidak mempunyai arti apapun dalam bahasa apapun. Kadangkala ini dikenal sebagai “perkataan yang sia-sia” atau lebih positif disebut “kata-kata yang tidak dikenal”.

Para cendekiawan Muslim tidak mampu menjelaskan makna kata-kata tersebut, dan mengklaim bahwa maknanya hanya diketahui Allah. Namun demikian penjelasan ini tidak membantu sama sekali. Kehadiran huruf-huruf yang tidak dikenal ini secara langsung berkontradiksi dengan setidaknya dua elemen penting Quran mengenai dirinya sendiri:

Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci (Quran 6:114);

dan

Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui”  (Quran 41:3).

Kata-kata ini jelas tidak ‘menjelaskan secara terperinci’, jika tidak tentu kita tidak meragukan maknanya.

 

Quran dipenuhi dengan hal-hal yang asing, yaitu kata-kata yang bukan bahasa Arab

Kepekaan Muhammad terhadap isu natur Arabik Quran (seperti yang terlihat dalam sanggahan berulangkali bahwa Quran ‘berbahasa Arab murni’) boleh jadi oleh karena fakta bahwa Quran dipenuhi kata-kata yang sama sekali bukan bersifat Arabik. Ini mencakup kata-kata dari bahasa-bahasa berikut ini. Referensi-referensi untuk menolong para pembaca menemukan kata-kata ini dalam Quran diberikan berdampingan dengan kata-kata tersebut:

Bahasa Persia: Ara’ik, 18:31 (bangku-bangku); ghassaqan, 78:25 (pus); jinn, 51:56 (makhluk spiritual, separuh manusia separuh malaikat); sijjil 105:4 (tanah liat yang sudah dipanggang; tembikar)

Bahasa Pahlavi: Firdaws, 18:107 (firdaus); huri, 55:72 (ini mengacu kepada para wanita cantik yang akan diterima para pria Muslim di firdaus); maqalid, 39:63 (kunci-kunci); Suradiq, 18:28 (paviliun); zanjabil, 76:17 (jahe)

Bahasa Yunani: Injil, 3:48

Bahasa Syria: Allah, 1:1 (Ilah dalam bahasa Syria); Adn, 9:72 (Eden), Fir’awn, 73:15 (Firaun); Sura, 9:124 (bab); taghut, 2:257 (berhala); zakat, 21:110 (sedekah)

Bahasa Ibrani: Jahannan, 8:36 (neraka); ma’un, 107:7 (kebajikan, amal); sabt, 27:124 (Sabat); sakina, 2:248 (Shekinah, referensi kepada hadirat Tuhan yang penuh kemuliaan)

Bahasa Etiopia: Mishkat, 24:35 (lubang kecil)

Koptik (bahasa Mesir): Tabut, 2:247

Ini hanyalah beberapa contoh banyaknya kata dan konsep asing yang masuk ke dalam Quran. Ini jelas berkontradiksi dengan pernyataan-pernyataan yang berulangkali disampaikan berkenaan dengan natur Arabik kitab tersebut.

 

Quran memuat sejumlah besar kesalahan tata bahasa yang serius

Orang Muslim seringkali menjunjung tinggi Quran sebagai teladan kemurnian penggunaan bahasa Arab. Mereka mengikuti tuntunan Quran itu sendiri yang mengklaim bahwa Quran ditulis dalam ‘bahasa Arab murni’. Oleh karena itu, sangatlah mengejutkan ketika kita menemukan bahwa Quran penuh dengan lebih dari 20 contoh kesalahan tata bahasa yang sangat serius. Analisa terperinci terhadap kesalahan-kesalahan tersebut melampaui/di luar cakupan buku ini dan sudah tentu akan membosankan untuk dibaca. Oleh karena itu, kita hanya akan mendaftarkan beberapa contoh tata bahasa yang salah digunakan yang dapat ditemukan di dalam Quran tanpa mengulas terlalu banyak natur kesalahan-kesalahan tata bahasa tersebut.

Quran 5:69 kata benda nominatif muncul, yang semestinya akusatif.

Quran 2:124 subyek secara tidak tepat berada dalam bentuk akusatif.

Quran 7:56 subyek feminin secara keliru didukung oleh predikat maskulin.

Quran 7:160 frase “ashrata asbatan”  berada dalam jender yang keliru, dan penggunaan bentuk jamak yang tidak tepat.

Quran 9:69 kata sebutan yang relatif digunakan untuk mengacu pada suatu anteseden tunggal.

 

Banyak sekali contoh seperti ini yang dapat kita daftarkan, tetapi cukuplah dikatakan bahwa jauh dari ‘bahasa Arab murni’, Quran nampaknya telah disusun oleh orang yang tidak memahami tata bahasa Arab. Ini membuat para pembaca memikirkan apakah sang pengarang (Allah) telah melakukan kesalahan-kesalahan semacam itu atau jika jawabannya mungkin ditemukan dalam fakta bahwa kitab tersebut sesungguhnya lebih memiliki asal muasal yang bersifat manusiawi.