Jika Anda bertemu Budha Di Jalan, Bunuhlah Dia!

Orang yang tercerahkan tidak akan pernah meminta anda untuk mengabaikan rasio dan kehendak anda, dan percaya padanya begitu saja. Kebenaran dapat dijelaskan. Kebohonganlah yang tidak dapat dijelaskan dan harus ditanamkan dengan teror dan intimidasi. Itulah sebabnya mengapa anda tidak akan pernah dapat mempertanyakan Islam di negara Islam manapun tanpa kehilangan kepala anda. Tetapi anda dapat mempertanyakan pengajaran Yesus dan Budha atau filosofi Hindu dan bahkan menolaknya tanpa takut akan disakiti. Orang-orang yang berpegang pada kebenaran sangat meyakini kebenaran itu. Mereka tidak menjadi marah jika anda menantang keyakinan mereka. Mereka menjelaskannya kepada anda. Tetapi mereka yang percaya kepada kebohongan menyadari akan ketidakpastian keyakinan mereka tersebut dan tidak akan tahan terhadap pemeriksaan nalar. Sehingga mereka menuntut agar anda menghormati keyakinan mereka dan tidak mempertanyakannya.

Oleh Ali Sina, 22 Juli 2013

Ali Sina yang terhormat, dalam artikel “Should We Fear God?”, anda menulis: “Beberapa tahun lalu ... saya diperlihatkan sebuah dunia dengan nurani yang murni ... seakan-akan seluruh pengetahuan dalam alam semesta dapat saya pahami”. Tidakkah anda mengklaim hal yang sama yang diklaim Muhammad? Perbedaannya adalah ia menggunakan bahasa abad ke-7 dan anda menggunakan bahasa abad 21.

Ada perbedaan besar. Saya tidak ragu Muhammad mempunyai pengalaman halusinasi di gunung Hira. Dalam hal ini ia tidak berbohong, walaupun ia berbohong untuk banyak hal lainnya. Tetapi halusinasi visual dan auditori dikenal sebagai gejala-gejala epilepsi cuping temporal. Pengalaman saya tidak bersifat visual atau auditori. Jadi tidak dapat dijelaskan dengan epilepsi. Dan saya mendapatkan pemahaman baru berkenaan dengan realita. Pencerahan apa yang didapat Muhammad? Tidak ada! Ia tidak mengatakan apapun yang tidak dapat dikatakan oleh orang yang buta huruf pada jamannya. 

Muhammad mulai mengklaim status spesial dan menuntut ketaatan. Saya tidak membuat klaim-klaim semacam itu. Apa yang saya alami dapat dialami oleh setiap orang. Sudah tentu hal itu bukanlah sesuatu yang datang begitu saja hanya dengan mencoba. Namun demikian, sangatlah mungkin memasuki dunia pengetahuan yang tidak terbatas dengan mengurangi aktifitas mental kita. Jika aktifitas otak kita mencapai panjang gelombang Theta, kita dapat berhubungan dengan dunia tersebut. Budha mengembangkan teknik-teknik yang dapat memungkinkannya untuk berhubungan dengan dunia tersebut bila kita menghendakinya. Ia menyebutnya sebagai meditasi. Banyak orang lainnya yang juga telah mengembangkan kemampuan seperti itu. Nostradamus dan Edgar Casey sangat dikenal dengan kemampuan psikis mereka. Ini adalah kemampuan yang dapat dikembangkan siapapun. Saya tidak banyak mempraktikkannya sehingga saya tidak mempunyai kemampuan seperti itu.

Lebih jauh lagi, saya menjelaskan segala sesuatu dengan menggunakan nalar dan meminta orang agar tidak memercayai apapun yang saya katakan, kecuali semua itu masuk akal bagi mereka. Budha mengatakan hal yang sama. Ia berkata, “ragukan segala sesuatu dan temukan terangmu sendiri”.

Ada sebuah pepatah/teka-teki kuno yang dihubungkan dengan seorang master Zen yang bernama Linji (pendiri mazhab Rinzai) yang mengatakan bahwa, “Jika anda bertemu dengan Budha di jalan, bunuhlah dia!” kalimat ini tidak boleh diartikan secara harafiah. Jalan yang dimaksud adalah jalan menuju pencerahan. Jalan apapun yang mencari kebenaran adalah jalan menuju pencerahan. Anda dapat mencari kebenaran melalui meditasi, buku-buku, sains dan bahkan internet. Pencarian kebenaran adalah jalan menuju pencerahan. Budha mewakili keberadaan tercerahkan. Ini adalah keberadaan dimana anda berpikir anda telah menemukan kebenaran, bahwa anda telah mencapai akhir pencaharian anda. Saat anda percaya bahwa anda telah mendapatkan pencerahan maka anda berhenti tercerahkan. Pencerahan bukanlah sesuatu yang mempunyai akhir, dan kita bisa tiba disana. Pencerahan adalah sesuatu yang harus kita cari. Kebenaran itu tidak terbatas. Anda tidak akan pernah mencapai ketidakterbatasan dan tidak ada akhir bagi ilmu pengetahuan.

Muhammad menuntut agar orang meninggalkan cara berpikir yang kritis, membungkam rasionalitas mereka dan memercayai apapun yang dikatakannya tanpa banyak tanya. Nasihatnya kepada para pengikutnya adalah:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya (Sura 5:101-102)   

Ia juga mengatakan,

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Sura 33:36)

Orang yang tercerahkan tidak akan pernah meminta anda untuk mengabaikan rasio dan kehendak anda, dan percaya padanya begitu saja. Kebenaran dapat dijelaskan. Kebohonganlah yang tidak dapat dijelaskan dan harus ditanamkan dengan teror dan intimidasi. Itulah sebabnya mengapa anda tidak akan pernah dapat mempertanyakan Islam di negara Islam manapun tanpa kehilangan kepala anda. Tetapi anda dapat mempertanyakan pengajaran Yesus dan Budha atau filosofi Hindu dan bahkan menolaknya tanpa takut akan disakiti. Orang-orang yang berpegang pada kebenaran sangat meyakini kebenaran itu. Mereka tidak menjadi marah jika anda menantang keyakinan mereka. Mereka menjelaskannya kepada anda. Tetapi mereka yang percaya kepada kebohongan menyadari akan ketidakpastian keyakinan mereka tersebut dan tidak akan tahan terhadap pemeriksaan nalar. Sehingga mereka menuntut agar anda menghormati keyakinan mereka dan tidak mempertanyakannya. 

Pengalaman-pengalaman mistik dapat dialami oleh setiap orang. Anda tidak perlu mempunyai status tertentu untuk mengalaminya. Banyak orang telah memasuki sumber pengetahuan yang tidak terbatas ini. Banyak penciptaan dan penemuan dalam sains yang telah dihasilkan dengan cara ini. Karya-karya seni yang indah, puisi dan musik dikarang dan digubah dengan cara demikian. Para pengarangnya tidak pernah mengklaim status istimewa atau menuntut agar ditaati atau agar orang tunduk pada mereka.

Budha mengatakan siapa saja dapat menjadi Budha (tercerahkan), Yesus mengatakan siapapun dapat melakukan mujizat seperti yang dilakukannya bahkan lebih hebat lagi. Ia berkata “Sesungguhnya Kukatakan kepadamu, barangsiapa yang percaya kepada-Ku, ia akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan” (Yoh.14:21). Matius mengatakan bahwa Yesus memberikan kepada para murid-Nya kuasa untuk menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan (Mat.10:1).

Ketika anda tercerahkan, anda akan menjadi rendah hati. Kesombongan yang menjadi karakter seorang narsisistik tidak terdapat pada orang yang tercerahkan. Dan lihatlah Muhammad! Saya telah menulis secara ekstensif mengenai kesombongan dirinya. 

Kita tidak boleh menyamakan para pelihat sejati dengan para penipu dan orang jahat yang secara keliru mengklaim sebagai orang-orang yang tercerahkan. Dan apakah Muhammad mendapatkan pencerahan? Adakah pengajarannya yang menakjubkan? Tidak ada pencerahan dalam pengajaran Muhammad. Pesan utamanya hanyalah percayalah kepadaku atau kalian akan masuk neraka. Inilah esensi Islam. Dan 1,5 milyar jiwa tidak berdosa percaya pada kegilaan ini dan beranggapan bahwa ini adalah pengajaran yang paling indah.

Muhammad adalah seorang penjahat. Sangat mudah untuk melihat bahwa ia telah berbohong. Bandingkanlah hidupnya dengan hidup Budha, Yesus dan para pelihat sejati lainnya. Ada perbedaan yang sangat besar. Para pelihat yang sejati mengajarkan kasih, sedangkan Muhammad mengajarkan kebencian. Ia menjalani hidup yang menjijikkan sebagai penjahat dan perampok. Apakah Yesus merampok dan memerkosa orang? Apakah Budha mencuri? Apakah Khrisna berhubungan seks dengan anak kecil? 

Yesus menginstruksikan para pengikut-Nya “Barangsiapa tidak menyambutmu atau mendengarkan perkataanmu, tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debu di kakimu” (Mat.10:14). Bandingkanlah dengan apa yang diajarkan Muhammad kepada para pengikutnya. Setelah memerintahkan mereka untuk merampok dan menjarah, ia berkata “Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Sura 8:69). Mungkinkah sesembahan yang sama mempunyai kepribadian ganda? Anda tidak dapat menemukan dua pernyataan yang lebih kontradiktif daripada kalimat tersebut. Salah satu dari kedua orang ini adalah penipu. Terserah anda untuk memutuskan yang mana yang penipu. 

Seseorang yang tercerahkan mempunyai belas kasihan dan suka mengampuni. Suatu hari seorang Farisi ingin menguji Yesus. Ada hukum dalam Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa seorang pezinah harus dilempari batu sampai mati. Orang Yahudi telah meninggalkan hukum yang biadab ini dan tidak mempraktikkannya. Maka orang Farisi membawa seorang pelacur kepada Yesus dan bertanya pada-Nya apa yang harus mereka lakukan pada perempuan itu. Yesus tidak terusik oleh kebisingan orang banyak dan sambil menulis sesuatu di tanah Ia berkata kepada mereka “Barangsiapa di antara kamu yang tidak berdosa, biarlah ia melemparkan batu yang pertama”, dan kemudian Ia kembali membungkuk dan menulis sesuatu di tanah. Kerumunan orang banyak itu sangat malu. Dengan membisu mereka pun pergi. Yesus ditinggalkan sendirian dengan perempuan itu yang berdiri di hadapan-Nya. Ia bangkit dan berkata kepadanya, “Hai perempuan, dimanakah mereka? Tidak adakah yang menghukummu?” ia berkata, “Tidak seorangpun, Tuan”. Dan Yesus berkata, “Aku pun tidak menghukummu. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi”. Perkataan Yesus ini membuat saya meneteskan air mata.

Insiden serupa terjadi pada masa Muhammad. Mari kita mendengarnya dari Malik: (41: 41.1.1)

“Abdullah ibn Umar berkata, “Orang Yahudi menemui utusan Allah (SAW), dan mengatakan kepadanya bahwa seorang pria dan seorang wanita dari antara mereka telah melakukan perzinahan. Utusan Allah (SAW) bertanya pada mereka, ‘Apakah yang kamu dapati dalam Taurat mengenai rajam?’ Mereka berkata, ‘Kami mengumumkan perbuatan mereka dan mencambuk mereka’. Abdullah ibn Salam berkata, ‘Kamu berdusta! Ada hukuman rajam untuk itu, jadi bawalah Taurat kemari’. Mereka membukanya dan salah satu dari mereka menaruh tangannya diatas ayat mengenai rajam. Lalu ia membaca kalimat sebelumnya dan setelahnya. Abdullah ibn Salam mengatakan kepadanya agar mengangkat tangannya. Ia mengangkat tangannya dan terlihatlah ayat rajam. Mereka berkata, ‘Ia telah mengatakan kebenaran, Muhammad. Ayat rajam ada di dalamnya’. Maka utusan Allah (SAW) memberi perintah dan mereka dilempari batu sampai mati”.  

Abdullah ibn Umar menambahkan, “Aku melihat seorang laki-laki melindungi seorang wanita dari lemparan batu”.   
Malik mengatakan, “Dengan demikian ia melemparkan dirinya sendiri ke atas wanita itu sehingga batu-batu itu menimpa tubuhnya”.

Betapa berbedanya!  Kisah ini saja sudah cukup untuk melihat bahwa kedua pria ini sangat berbeda. Kisah ini pun membuat saya menangis. Saya tersentuh oleh tindakan pria yang menjadikan tubuhnya sebagai perisai bagi wanita yang dicintainya.

Ketika ditanyai mengenai nabi-nabi palsu, Yesus berkata, “Dari buahnyalah kamu akan mengenali mereka” (Mat.7:16). Yang harus kita lakukan hanyalah melihat kehidupan Muhammad. Juga lihatlah konsekuensi dari pengajaran-pengajarannya dan bagaimana orang Muslim bertingkah-laku setelah mereka dipengaruhi pengajaran tersebut. 

Apakah saya mengklaim diri sebagai nabi? Tentu saja. Saya adalah nabi bagi diri saya sendiri. Anda juga harus demikian. Inilah yang diajarkan dan diharapkan oleh Yesus dan Budha dari kita. Segala sesuatu yang mereka lakukan dapat kita lakukan, jika kita dapat bangkit kepada kemuliaan kita dan menjadi Manusia. Islam bukanlah agama. Islam adalah bidat jahat. Yang bermasalah dengan agama adalah para pengikutnya hanya sekedar menjadi pengikut dan bukan murid. Seandainya mereka tidak hanya mengikuti dengan buta dan berusaha mempelajari kebenaran dari para pengajar mereka yang telah mendapat pencerahan, maka tidak akan ada banyak kebencian dalam agama. Kita harus belajar dari satu sama lain, tetapi kita tidak cocok menjadi pengikut. Mengikuti dilakukan oleh domba. Kita harus menjadi nabi bagi diri kita sendiri. Tetapi pertama-tama kita harus tercerahkan. Inilah yang diharapkan Pencipta kita dari kita.

Pencerahan bukanlah lawan dari indoktrinasi. Muhammad menginginkan indoktrinasi. Ia menginginkan agar orang menjadi bodoh, dan tidak mempertanyakannya sehingga mereka tidak mengetahui/melihat bahwa ia adalah seorang penipu. Yesus dan Budha mengajari para murid mereka bagaimana mendapatkan pencerahan. Muhammad ingin menurunkan derajat orang menjadi budak. Yesus dan Budha ingin membebaskan mereka. Yesus dan Budha ingin setiap orang menjadi seperti mereka.

Artikel dalam bahasa asli: When you meet Budha on the road, kill him