Artikel Utama:
-
Bagaimana bisa Muhammad, seorang penganut monoteisme mutlak, seorang penentang pemujaan berhala sampai menerapkan ketakhyulan pagan kedalam jantung Islam itu sendiri? Banyak sejarawan setuju kalau saja para Yahudi dan Kristen menolak Musa dan Yesus dan menerima Muhammad sebagai nabi yang mengaku mengajarkan agamanya Abraham di Mekah ketika Muhammad masih menganggap Yerusalem sebagai kiblatnya, maka Yerusalem-lah, bukannya Mekah, yang akan menjadi kota Suci, dan Masjid Kubah Kuning-lah bukannya Kabah yang akan menjadi objek takhyulnya.
-
Puasa Ramadhan sesungguhnya bukan puasa yang dikenal dan dipraktikkan para nabi sebelumnya. Ia bukan puasa yang memantang atau mengurangi nafsu lahiriah (pantang makan-minum dan sex dll) untuk keseluruhan tenggang waktu, melainkan semata-mata “memindahkan jam makan dan sex,” dari pagi-sore menjadi sore-subuh selama bulan tersebut. Volume makan-minum dan kualitasnya juga tidak disita, dipantangi atau dikurangi -- malahan cenderung sebaliknya karena sering lebih tinggi melampiaskan nafsu makan-minum ketimbang yang dilakukan dihari-hari/bulan biasanya.
-
Muhammad mungkin tidak tahu, tetapi telah diingatkan lewat nabi Zakharia bahwa Tuhan menegor macam puasa yang telah dilakukan umat-Nya secara sangat tidak layak selama 70 tahunan berlalu. Tanpa kecuali tegoran itu tertuju pula kepada para imam: Apakah puasa itu “untuk AKU atau dirimu”?
“Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku? Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?” (Zakharia 7:5-6)
Telah disebutkan betapa hakekat puasa-Kristiani yang pada dasarnya berakar dari “suasana perkabungan”, ratapan atau keprihatinan yang serius, sehingga harus mencari tangan dan wajah Tuhan dalam kerendahan hati yang ekstra dalam mengatasinya.
-
Hanya ada satu jaminan untuk mencapai firdaus, yaitu apabila seseorang melepaskan segala sesuatu dan menjadi seorang martir. Seorang martir tidak akan merasakan kematiannya. Ia tidak akan menderita. Sakit yang akan dia alami dijamin tidak akan lebih besar dari sakit yang disebabkan oleh gigitan semut. Tetapi upahnya luar biasa besar.
Ini adalah sebuah penawaran yang tak ingin dilewatkan oleh seorang Muslim. Bukankah meledakkan diri seseorang bertentangan dengan natur manusia? Bukan karena orang-orang Muslim melihat diri mereka sebagai obyek. Tetapi ini terjadi karena sebuah keyakinan. Jika kesyahidan oleh Islam dipandang sebagai sesuatu yang sangat agung, mengapa mereka harus melarang anak-anak mereka melakukannya?
-
Allah mengatakan pada manusia bahwa ada orang-orang yang diciptakan untuk masuk neraka. Ini bukan hanya mengubah Allah yang Maha Pemurah menjadi monster, ini juga memberi kita konteks untuk kontradiksi lainnya.
Berikut adalah ayat yang relevan:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (Quran 7:179)
-
Menekankan bahwa Quran ditulis dalam bahasa Arab tentunya adalah membuat pernyataan yang sangat aneh jika natur “bahasa Arab murni” yang dimiliki Quran sudah jelas bagi semua orang!
Jadi nampaknya setidaknya ada segelintir orang yang memiliki pertanyaan-pertanyaan yang serius mengenai darimana tepatnya Quran berasal. Kecurigaan-kecurigaan ini selanjutnya dikonfirmasi ketika orang mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai bahasa Arab yang digunakan dalam Quran dan mengenai kejelasannya.
-
Orang Muslim percaya bahwa Quran adalah perkataan final Allah kepada umat manusia dan itu merupakan tuntunan iman dan praktik yang memadai bagi orang mulai dari Amerika Selatan hingga ke Cina. Sesungguhnya Allah menyatakan bahwa “tidak ada sesuatupun yang dihilangkan dari kitab ini” (Quran 6:38). Namun, dalam kesia-siaan orang Muslim mencari kalimat Syahadat (pengakuan iman Muslim), ke-5 pilar Islam, berapa sering mereka harus bersembahyang dan banyak informasi untuk hal-hal krusial lainnya dalam halaman-halaman Quran. Walau sedemikian nyatanya penghilangan ini dari “catatan komplet” , namun Allah mempunyai waktu untuk menyelesaikan masalah-masalah domestik dan masalah-masalah lainnya yang dialami satu orang yaitu Muhammad!