Muhammad

Muhammad - Sang Insan Kamil

MUHAMMAD (570-632 AD)

 

1. Kehidupan Muhammad
 
Kelahiran: 570 AD di Mekkah
Ayah: Abdallah
Ibu: Amina
 
595 : Menikah dengan Khadijah (15 tahun lebih tua)
610 : Menerima pewahyuan pertama kali di padang gurun (Sura 96)
610-622 : Muhammad = sebagai nabi yang memberikan peringatan dengan cara-caradamai di Mekkah
622 : Pindah ke Medinah dengan 80 orang pengikut mula-mula (permulaan Kalender Islam)
622-632 : Muhammad (seorang Pemimpin Perang di Medinah). Ia mati dan dikuburkandi Medinah pada tahun 632.
 
 
2. Penyerangan dan Perang Muhammad (setelah 622): Total 70 kali
 
624 : Badr – kemenangan 300 Muslim melawan 1000 kafir Mekkah.
627 : Khandaq (dekat Medinah) – Tidak ada kemenangan bagi 3000 Muslim.
630 : Mekkah – Penaklukan hampir tanpa pertumpahan darah oleh 10.000 Muslim.
 
 
3. Muhammad dan Yahudi
 
622: di Medinah 3 Yahudi dan 2 suku kafir.
624: Mengenyahkan suku Yahudi dari bani Qaynuga.
625: Mengenyahkan suku Yahudi dari bani An-Nadiir.
627: Menumpas habis suku Yahudi dari bani Qurayza
628: Khaibar – Menghapuskan orang Yahudi secara politis di tanah Arabia.
 
 
4. Istri-Istri Muhammad
 
Hingga 619 AD hanya ada 1 istri: Khadijah.
Dari wanita ini, Muhammad memperoleh 4 anak perempuan yaitu: Zainab, Rukayah, Fatimah dan Umm Kulthum.
 
620: Saudah
621: Aisyah – dinikahi pada usia 6 tahun, dan disetubuhi ketika usia 9 tahun
624: Hafsah
625: Zainab 1
626: Umm Salamah
625: Zainab 2, istri Yahudi dari anak angkatnya Zaid
627: Juwariyah
627: Rihana (budak Yahudi)
628: Maria (budak - perempuan Kristen Koptik)
628: Safiyah (perempuan Yahudi) yang disetubuhi setelah Muhammad membunuh suami dan keluarga perempuan ini.
628: Umm Habibah
629: Maimunah
 
Di samping itu, Muhammad juga berhubungan seks dengan banyak wanita tanpa menikahi mereka.
 
 
1. KEHIDUPAN MUHAMMAD

Muhammad dilahirkan sekitar tahun 570 AD di sebuah kota di sebelah Barat peninsula Arabia yaitu Mekkah. Kota ini pada waktu itu didiami oleh orang-orang yang mempraktekkan penyembahan berhala. Pada hakekatnya, kota ini adalah pusat keagamaan dari orang-orang Bedouin yang ada di Arabia. Banyak yang pergi berziarah ke pusat-pusat penyembahan dewa-dewi mereka di Mekkah. Industri ziarah seperti ini merupakan sumber pendapatan utama bagi orang-orang Mekkah.

Ayah Muhammad bernama Abdallah, anak dari Abd al-Muttalib, dan ibunya bernama Aminah.  Ayahnya meninggal sebelum Muhammad lahir, dan ibunya beberapa tahun kemudian. Karena itu Muhammad bertumbuh sebagai seorang yatim-piatu. Pertama-tama kakeknya (ayah dari ayahnya) merawatnya. Kemudian, setelah kematian kakeknya, salah seorang pamannya (Abu Talib, saudara dari ayahnya) merawatnya. Pamannya inilah yang mengajarinya bagaimana berdagang dengan menggunakan karavan unta.

Ketika Muhammad berusia sekitar 25 tahun, ia menikah dengan seorang pengusaha wanita kaya raya di Mekkah bernama Khadijah yang usianya lebih tua 15 tahun dari Muhammad. Muhammad adalah suami ke-4 Khadijah. Dua dari suami Khadijah telah meninggal, dan yang ketiga telah disingkirkan Khadijah dari kehidupannya. Khadijah sendiri, sebagai bos dan majikan Muhammad, melamar Muhammad. Melalui hubungan ini, ia dipercaya  mengelola bisnis istrinya. Ia berdagang dengan bantuan unta-unta. Setelah membeli barang-barang, misalnya di Damaskus, Siria (di sebelah utara Mekkah), barang-barang ini dikirim dengan karavan ke Mekkah, dan selanjutnya ke sebelah Selatan (misalnya, ke Yaman dekat Lautan India), yang mana barang-barang ini dijual atau dipertukarkan dengan barang-barang lainnya; yang kemudian dibawa ke bagian utara untuk dijual kembali atau dipertukarkan. Muhammad memimpin karavan dari bisnis istrinya, dan oleh sebab itu ia dapat melihat kota-kota yang berbeda dan juga bertemu dengan berbagai macam orang, termasuk orang Kristen dan Yahudi.
Sekitar tahun 610 AD, tradisi mencatat bahwa Muhammad, mengikuti contoh-contoh orang-orang yang ada di Mekkah, pergi bertapa di padang gurun untuk berdoa, bermeditasi dan berpikir. Pada salah satu kesempatan, ia mengalami sebuah pengalaman yang luar biasa besar, yang kemudian digambarkan sebagai sebuah PEWAHYUAN. Sesosok makhluk supranatural menampakkan diri kepadanya dan memaksanya untuk mengulangi apa yang ia katakan padanya. Hal ini ia lakukan setelah beberapa kali Muhammad merasa ragu-ragu. Orang Muslim percaya bahwa isi dari pewahyuan ini dapat ditemukan dalam Sura Al-Alaq, misalnya Sura 96 dari Quran. Dikemudian hari, Muhammad mengidentifikasikan makhluk supranatural yang menyampaikan pewahyuan ini kepadanya sebagai malaikat Jibril (yang dia anggap sama dengan Gabriel yang ada dalam Alkitab). 

Pengalaman-pengalaman seperti ini muncul berulangkali dalam hidup Muhammad. Dalam ‘wahyu-wahyu’ yang menyertainya, sebuah otoritas absolute memanifestasikan dirinya kepada Muhammad yang memerintahkan Muhammad untuk berdoa, memperingati saudara-saudara sebangsanya dan memberitahukan kepada mereka, bahwa mereka harus merubah perilaku mereka. Otoritas ini disebut Allah (Tuhan), atau Tuhanmu, misalnya: Tuhannya Muhammad, atau Tuhan umat manusia. Muhammad taat pada penugasan ini dan ia mulai mengkotbahkan apa yang diinspirasikan kepadanya. Pertama kali hanya saudara-saudaranya yang dekat saja yang mendengarkannya, dan kemudian sejumlah orang dari strata yang lebih rendah dalam masyarakat Mekkah mulai mempercayainya. Orang pertama yang menjadi Muslim adalah istrinya Khadijah dan pria pertama yang melakukan hal yang sama adalah kemenakannya yang kecil, Ali.

Sementara Muhammad berkotbah dan lebih banyak lagi orang yang menjadi pengikutnya, orang-orang terkemuka di Mekkah mulai menunjukkan perlawanan. Mereka melihat, jika Muhammad meneruskan keberhasilannya dengan mengkotbahkan iman hanya kepada satu Allah, dan melarang praktek penyembahan kepada banyak dewa di Mekkah, maka akan semakin sedikit orang-orang Bedouin yang akan datang untuk berziarah ke Mekkah, dan hal itu akan menimbulkan ancaman yang sangat serius terhadap kesejahteraan ekonomi dari kota di sebelah Barat Arabia ini. Sebab itu mereka mulai menentang Muhammad. Mereka mulai dengan perdebatan damai dengannya, kemudian mereka mulai mengancam dan mengolok-olok, dan selanjutnya tekanan mereka semakin keras dimana mereka memukuli para pengikut Muhammad dan membunuh beberapa orang dari pengikutnya itu. Ini adalah sebuah fakta yang penting untuk diperhatikan dalam sejarah awal penyebaran Islam. Para Muslim tahu apa artinya untuk bersabar dan bertahan dalam sebuah situasi yang melibatkan penganiayaan dan cemoohan. Banyak orang Muslim, baik di Barat maupun di tempat-tempat lain di dunia hidup sebagai masyarakat minoritas, dan tak jarang mereka menghadapi masalah-masalah yang sama seperti yang dihadapi Muhammad ketika ia dan para pengikutnya dianiaya di Mekkah. Dalam situasi seperti ini, kaum Muslim mencoba untuk mengikuti teladan yang diberikan oleh Muhammad dan para pengikutnya mula-mula, yaitu ketika mereka tidak mundur melainkan tetap bertekun dalam agama Islam mereka, meskipun mereka mengalami tekanan secara eksternal.

Periode pertama dalam hidup Muhammad dapat dirangkum dalam statement berikut: antara 610-622 AD, Muhammad berperilaku sebagai seorang Nabi yang mewartakan pesan-pesannya secara damai di Mekkah. Situasi ini terus bereskalasi. Karena itu Muhammad perlu untuk menemukan sebuah solusi. Pertama-tama ia mencoba untuk menyelamatkan agama Islamnya dengan mengirimkan para pengikutnya sebagai pengungsi ke sebuah Kerajaan Kristen di Ethiophia, melintasi Laut Merah. Usaha ini tidak terbukti berhasil, meskipun untuk sementara waktu orang-orang Kristen yang ada di seberang Laut Merah setuju untuk menerima para pengungsi Muslim itu. Namun ketika penganiayaan mencapai klimaksnya setelah kematian paman Muhammad dan isterinya Khadijah, maka Muhammad hampir-hampir merasa putus asa di padang gurun. Tetapi sebuah solusi muncul yaitu ketika pada saat-saat terakhir, penduduk Yahthrib, sebuah kota sekitar 350 km di sebelah utara Mekkah, mengundang Muhammad dan para pengikutnya untuk hidup di sana dengan damai. Muhammad memanfaatkan kesempatan ini dan pindah ke kota itu yang kemudian hari kota itu berganti nama menjadi Medinah, yang dalam bahasa Arab artinya “Kota”, yaitu kota dari Nabi Muhammad. Pada waktu itu, sekitar 80 orang Muslim mengikutinya ke pembuangan.

Muslim menyebut peristiwa ini sebagai pembentukan moment paling penting dalam sejarah mereka. Karena itu, beberapa tahun kemudian, mereka memilih tanggal dari Hijrah ini (kata Arab untuk: “bermigrasi”) pada musim panas tahun 622 AD sebagai hari pertama dan bulan pertama dari tahun pertama Islam. Bagi orang Kristen, pemilihan tanggal ini adalah sesuatu yang aneh. Mengapa Muslim tidak memilih tanggal kelahiran Muhammad (sekitar 570 AD) sebagai permulaan kalender Muslim, sebagaimana halnya orang Kristen melakukan penghitungan tahun setelah kelahiran Tuhan dan Juru Selamat Yesus Kristus?  Setidaknya mengapa mereka tidak memilih saja tanggal dari pewahyuan yang pertama kepada Muhammad (610 AD), sebagai tahun pertama Islam? Mengapa justru mereka memilih itu, yang bagi kita, peristiwa aneh dari kepergian Muhammad dari kota ayahnya ke sebuah kota yang jauhnya ratusan kilometer sebagai permulaan Islam? Jawabannya sebenarnya sederhana. Sebuah fase yang baru dari Islam dimulai dengan perpindahan ke Medinah. Di sana Muhammad membangun sebuah Negara Agama dan dari sanalah ia memperluas pemerintahan Islam ke seluruh peninsula Arabia. Sejak tanggal ini dan seterusnya, kita tidak lagi bisa memisahkan antara Islam dan Negara, antara Negara dan Pemerintahan. Sejak waktu itu, Islam bergerak maju sebagai sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara agama dan pemerintahan. Inilah alasan mengapa Muslim memahami permulaan Islam menjadi sebuah kenyataan melalui pelantikan kota agama di Medinah.

Karena itu hingga hari ini, Muslim tidak melihat Islam sebagai sesuatu yang benar-benar eksis dalam sebuah Negara hingga ia sepenuhnya mengontrol system politik di negara tersebut. Banyak Muslim di seluruh dunia yang sedang berperang agar hal ini terjadi di negara-negara mereka. Sikap mereka ini direfleksikan dalam kenyataan pada kaum Muslim secara universal, bahwa sejarah Islam dimulai dengan pencengkeraman kekuasaan politik oleh kaum Muslim di kota Medinah. Segala sesuatu yang terjadi sebelum waktu itu, hanyalah sebuah perkembangan awal yang akan tetap tidak lengkap jika tidak mencapai klimaksnya dengan kekuasaan politik.

Tentu saja para penyembah berhala di Mekkah tidak berhenti menentang Muhammad ketika ia pindah ke Medinah. Mereka masih mencoba untuk menghancurkannya dengan memboikot secara ekonomi dan melakukan penggerebekan-penggerebekan. Dalam situasi seperti ini, Muhammad melakukan sebuah yang tak kalah kerasnya. Ia memutuskan untuk bertindak dengan menggunakan kekerasan. Sebagai hasilnya ia pun terlibat dengan kekerasan dan peperangan terhadap musuh-musuhnya, pertama-tama berperang dengan orang-orang Mekkah yang menyembah berhala, dan kemudian dengan suku-suku Yahudi dan orang-orang Kristen, serta bangsa-bangsa yang menentang dia. Pada fase kedua dari aktifitas misi Muhammad dapat dirangkum sebagai berikut: Ia tidak lagi seorang nabi yang mewartakan pesan-pesannya secara damai sebagaimana halnya di Mekkah, tetapi sekarang sebagai tambahan, ia telah menjadi seorang Pemimpin Perang Allah di Medinah.

Adalah sangat penting untuk membedakan kedua fase ini dalam kehidupan Muhammad. Pertama-tama adalah keagamaan yang damai dan murni di Mekkah, dan kedua sebagai tambahan penuh dengan kekerasan dan politik di Medinah. Kebanyakan Muslim di Barat mencoba untuk menggambarkan Islam sebagai sebuah agama yang toleran dan damai dengan tujuan untuk mendapatkan simpati dari orang-orang Eropa, Amerika dan Negara-negara lainnya. Ketika mereka mengatakan hal ini, mereka mengatakan kebenaran, tetapi pada saat yang sama mereka berdusta. Mereka berkata benar karena memang benar bahwa Muhammad dalam bagian pertama dari misinya tampak sebagai seorang pria damai, toleran terhadap pada penyembah berhala, yaitu mereka yang telah menganiaya dia. Dan karena itu Islam dapat dilihat sebagai agama damai. Meskipun begitu, orang yang sama yang mengucapkan hal itu, juga berbohong, sebab mereka mengabaikan fakta bahwa ada periode lainnya dalam kehidupan Muhammad, sebuah fase dari politisasi agama dan perang suci (jihad) sebagai sebuah elemen utama dalam agama ini. Bahkan mereka terlebih lagi berdusta dengan mengabaikan fakta bahwa Islam barulah sempurna jika ia dapat diterapkan sebagai kekuasaan politik di sebuah Negara, sebagaimana telah terjadi dalam sejarah permulaan Islam di Medinah. Taktik Muslim yang licik ini dapat diamati di seluruh dunia. Ketika mereka adalah kaum minoritas maka mereka cenderung bersikap damai. Tetapi segera jumlah mereka menjadi banyak dalam sebuah masyarakat, maka tanpa ragu mereka akan menggunakan tekanan dan taktik-taktik politik dengan tujuan memperluas kekuasaan dan kontrol mereka terhadap Negara yang bersangkutan. Tujuan Islam selalu dan selalu untuk mengimplementasikan sebuah Negara Agama!!!

Keberhasilan Muhammad tidak hanya dalam hal menstabilkan Islam Politiknya di Medinah, tetapi dari sana ia juga mengatur untuk memperluas kontrol politik dan agama terhadap wilayah-wilayah tetangga. Pada tahun kematiannnya (632 AD), ia telah berhasil mendominasi sebagian besar peninsula Arabia, menghancurkan setiap usaha yang menentang pemerintahan agama dan politik yang ia bentuk. Muhammad mati di Medinah, dan disanalah ia dikuburkan. Muslim, setelah melakukan ritual naik haji ke Mekkah, biasanya akan melaksanakan ziarah berikutnya ke kubu nabi mereka di Medinah, untuk melakukan penghormatan kepada sang pendiri Islam.
Ini adalah sebuah pandangan sekilas mengenai peristiwa-peristiwa yang paling signifikan dalam hidup Muhammad. Selanjutnya, saya akan menunjukkan lebih dekat lagi 3 elemen dari kehidupan Muhammad untuk mengkontraskan Muhammad dengan Yesus, sang pendiri agama Kristen. Ketiga elemen ini untuk merangkum serangan-serangan dan perang-perang Muhammad, kemudian hubungannya dengan orang-orang Yahudi di Arabia dan akhirnya hubungannya dengan para wanita.
 
2. Serangan dan perang Muhammad

Merupakan hal yang sangat penting untuk selalu mengingat bahwa Muhammad adalah seorang yang mengangkat pedang. Muhammad mengambil batu dalam peperangan dan melemparkannya pada orang-orang dengan tujuan untuk melukai ataupun membunuh mereka. Muhammad juga mengambil panah, menaruhnya di lengannya, mengarahkannya ke musuh-musuhnya dan berusaha untuk membunuh mereka. Muhammad juga memerintahkan para pengikutnya untuk membunuh dan mencincang orang lain. Melalui Muhammad, banyak orang di Arabia yang terbunuh selama masa hidupnya. Dua pertiga dari biography Muhammad berhubungan dengan serangan-serangan dan peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Muhammad. Jika anda menghitungnya, maka anda akan menemukan jumlah total lebih dari 70 serangan militer yang dilakukan oleh Muhammad dan para pengikutnya. Dari ke-70 pertempuran ini, secara singkat saya hanya akan menggambarkan 3 peperangan:
 
Februari 624 AD

Sebuah pertempuran terjadi dekat oasis di Badr. Situasinya adalah sebagai berikut: Hanya 2 tahun sebelumnya Muhammad lari dari penganiayaan yang terjadi di Mekkah dan kemudian tinggal dengan para pengikutnya di Medinah. Kota ini, banyak kesamaannya dengan Mekkah, terletak di padang gurun. Tidak ada makanan yang cukup untuk orang-orang Muslim yang sekarang tinggal di sana. Karena itu harus menjamin tersedianya makanan untuk dia dan para pengikutnya. Ia memutuskan untuk menyerang sebuah karavan dan merampok barang-barangnya dan oleh sebab itu mereka bisa tetap hidup. Ia tahu bahwa ada kelompok karavan yang besar dari Mekkah tengah dalam perjalanan dari Damaskus, Syria ke Mekkah. Terdiri dari sekitar 1000 unta, dimana para pedagang yang berbeda-beda menempatkan unta-unta mereka bersama-sama menjadi sebuah karavan yang besar, yang akan lebih mudah untuk mempertahankan diri jikalau ada serangan. Muhammad mengetahui dengan baik rute yang dilalui oleh karavan ini, karena ia sering bepergian dengan karavan seperti ini saat ia menjalankan bisnis istrinya Khadijah. Karena itu ia merencanakan untuk menyerang karavan tersebut di sebuah oasis dekat Badr sekitar 80 km Barat-Daya Medinah dekat dengan Laut Mati.

Satu-satunya masalah bagi rencana Muhammad adalah bahwa pemimpin Karavan, Abu Sufyan – yang di kemudian hari menjadi penentang paling keras Muhammad di Mekkah – mengetahui rencana Muhammad. Abu Sufyan melakukan dua hal untuk menyelamatkan karavannya: Pertama-tama, ia memerintahkan karavan ini untuk berjalan dua kali lebih cepat dari biasanya, dan kedua, ia mengirimkan beberapa utusan ke Mekkah meminta bantuan pasukan untuk melindungi karavan tersebut. Sebagai hasilnya, ketika Muhammad mencapai oasis di Badr dengan 300 Muslim yang sudah siap untuk menyergap karavan itu, karavan itu sudah melewati tempat istirahat dan sebaliknya Muhammad harus menghadapi 1000 tentara Mekkah yang sudah siap untuk menghancurkannya. Namun kemudian sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Muhammad dengan jumlah pasukan yang sedikit sanggup mengalahkan kekuatan pasukan orang-orang kafir Mekkah yang jauh lebih besar. Kemudian ia menggunakan hasil ini sebagai sebuah bukti yang meyakinkan bahwa ia benar-benar adalah utusan Allah. Hanya Allah sendiri yang membuat kemenangan ini menjadi sesuatu yang mungkin terjadi. Dalam bahasa manusia, ia dan orang-orang Muslim yang menjadi pengikutnya seharusnya sudah gagal. Tetapi Allah berperang bagi mereka.

“Bukan engkau yang membunuh mereka, tetapi Allah sendiri yang melakukannya. Bukan engkau yang menarik busur panah, tetapi Allah sendiri yang menarik busur panah itu! Dalam kesemuanya itu, ia mau supaya orang-orang percaya (yaitu Muslim) mengalami sebuah pengalaman yang indah” (Sura an Anfal 8:17).

Inilah yang diyakini oleh Muhammad sebagai sesuatu yang Allah telah nyatakan kepadanya setelah pertempuran itu. Dan mengapa Allah melakukan hal ini? Untuk membuktikan bahwa Islam benar-benar berasal dari Allah dan bukan sesuatu yang ditemukan oleh Muhammad! Dengan liciknya Muhammad memanfaatkan kemenangan ini untuk menggali pesan-pesan keagamaannya. Sejak waktu itu, pengajaran bahwa Muslim berperang bagi Allah dan Allah berperang bagi mereka telah menjadi gambaran sentral dari Islam.       

Muhammad tidak selalu beruntung dalam peperangan yang ia lakukan. 3 tahun kemudian (627 AD), dalam pertempuran di Khandaq ia tidak berhasil memenangkan pertempuran melawan orang-orang Mekkah, meskipun pada saat itu ia sudah memiliki 3000 pasukan Muslim disampingnya. Tidak mudah baginya untuk menjelaskan kekalahan ini kepada para pengikutnya. Ia berkata: “Kita gagal, karena engkau tidak bertempur dengan segenap hati bagi Allah. Karena itu ia mendesak mereka untuk memberikan segala sesuatu yang mereka miliki bagi Allah.”

Peringatannya itu ditambah dengan diplomasinya yang licik menghasilkan buah di tahun 630 M ketika ia berdiri diluar Mekkah kota asal ayahnya bersama dengan 10.000 tentara muslim, siap untuk menaklukkan kota itu. Ia ingin merebut kota itu dengan sesedikit mungkin menumpahkan darah. Hingga saat ini ia telah menggunakan strategi yang licik. Ia sangat memahami mengapa orang-orang Mekkah memeranginya. Mereka takut jika Islam menang, maka pendapatan mereka yang berasal dari para peziarah yang berkumpul di kuil-kuil berhala di kota mereka akan terhenti, dan mereka akan mengalami kehancuran ekonomi. Oleh karena itu Muhammad menawarkan pada mereka kompromi berikut ini:

“Hai, kalian orang-orang Mekkah, jadilah Muslim sehingga dengan demikian kamu menaati Allah, Quran dan saya, utusan Allah, dengan menghancurkan semua berhala di Mekkah dan saya akan menjamin bahwa kamu akan mempunyai sumber pendapatan yang tak berkesudahan. Oleh karena di masa yang akan datang bukan penyembahpenyembah berhal yang akan berziarah ke Mekkah tetapi orang-orang Muslim, dan kamu akan memperoleh pendapatanmu”.

Untuk membuktikan hal ini ia meminta Allah mewahyukan beberapa ayat rujukan di dalam Quran yang memerintahkan orang Muslim untuk melaksanakan ibadah Haji (ziarah) ke Mekkah, yang memuat perintah untuk tinggal disana selama beberapa hari dan sebagai tambahan ia sendiri mendemonstrasikan kesungguhannya dengan melakukan perjalanan ziarah ke Mekkah setahun sebelumnya, yang sudah tentu dengan dikawal oleh sejumlah besar orang Muslim yang adalah pengikut-pengikutnya. Ketika ia sedang berkemah diluar Mekkah pada 630 M, pejabat-pejabat tinggi dari kota asal ayahnya memeluk agama Islam. Maka kemudian Muhammad bergerak masuk ke kota Mekkah, dan ia beserta para pejuangnya hanya mendapatkan perlawanan yang tidak berarti dan hanya sedikit orang yang terbunuh. Namun berapakah harga sesungguhnya? Hingga saat ini orang Muslim harus membayar peristiwa ini dengan kewajiban untuk melaksanakan sebuah ritual dalam ibadah Haji yang dalam banyak hal tidak ada kena mengenanya dengan monoteisme murni dalam Islam. Berjalan mengelilingi sebuah bangunan dengan batu hitam di sudutnya, mencium dan menyentuh batu itu, berlari kesana kemari diantara 2 bukit kecil tak jauh dari sana, berdiri berjam-jam di bawah terik matahari di sebuah tanah lapang (dataran Arafat) 25 kilometer diluar Mekkah, bergegas ke sebuah lembah (lembah Mina) yang menghubungkan dataran ini dengan Mekkah untuk kemudian melempar banyak batu ke arah 3 tiang yang berdiri disana: semua hal ini tidak ada sangkut-pautnya dengan monoteisme dalam Islam tetapi adalah sisa-sisa praktek penyembahan berhala dari masa sebelum Islam. Namun demikian, contoh ini menunjukkan bagaimana Muhammad melakukan kompromi dalam menjawab hal-hal keagamaan. Hal yang sama dapat dilihat dalam relasi Muhammad dengan orang Yahudi dan orang Kristen pada masa hidupnya. Berulangkali ia melakukan pendekatan yang sama yang menghasilkan kenyataan bahwa bagian-bagian penting dalam Quran merupakan isi dari Alkitab.

Betapa berbedanya Yesus dan Muhammad dalam hal ini. Yesus tidak mengambil pedang, namun berkata kepada Petrus:

“Barangsiapa menghunus pedang, akan mati oleh pedang”(Matius 26:52).

Yesus tidak memerintahkan untuk membunuh orang namun Ia justru membangkitkan orang mati. Yesus tidak memerintahkan pengikut-Nya untuk berperang atau membunuh musuh-musuh-Nya. Tetapi Ia berkata kepada mereka:

“Kasihilah musuhmu, berkatilah mereka yang mengutukmu, berbuatlah kebajikan bagi mereka yang membencimu dan berdoalah untuk mereka yang menganiaya kamu, maka kamu akan disebut anak-anak Bapamu yang di Sorga!”(Matius 5:44-45).

Betapa berbedanya dengan Muhammad! Saya tidak mengenal ada 2 pendiri agama lain selain Yesus dan Muhammad yang sangat beroposisi dengan radikal dalam hal peperangan dan perdamaian.
 
Muhammad dan Orang Yahudi

Ketika Muhammad datang ke Medinah, bukan hanya penyembah berhala yang ada disana, tetapi juga suku-suku Yahudi. Medinah didiami oleh 5 suku: 2 suku besar penyembah berhala dan 3 suku kecil Yahudi. Mereka bersengketa satu sama lain dan mengundang Muhammad untuk menjadi penengah diantara mereka. Muhammad menerima undangan ini dengan satu syarat: penduduk Medinah harus menjamin keamanannya dan para pengikutnya, dan jika ia dan para pengikutnya diserang maka mereka harus siap membelanya. Penduduk Medinah, termasuk kaum Yahudi menyetujui persyaratan ini. Mungkin anda bertanya-tanya, “mengapa orang-orang Yahudi melakukan hal ini?” Alasannya sederhana. Pada masa pelayanannya itu, Muhammad berusaha terlihat sebagai seorang nabi Yahudi. Banyak praktek agama Yahudi yang juga dilaksanakannya. Ia berkata,”Ini adalah sesuatu yang baik, kita akan memasukkan hal ini juga ke dalam Islam’. Sebagai contoh, orang Muslim tidak bersembahyang ke arah Mekkah seperti yang mereka lakukan pada masa kini, tetapi mereka berdoa kearah Yerusalem; mereka tidak berpuasa selama bulan Ramadhan, yang adalah bulan ke-9 dalam kalender Muslim, tetapi mereka berpuasa pada hari raya tobat sebagaimana yang dilakukan orang Yahudi hingga masa kini. Jadi, banyak orang Yahudi yang dibutakan dan berpikir, “Ia baik terhadap orang Yahudi”. Bisa jadi ini mendorong mereka untuk menandatangani kontrak tertulis itu dengan Muhammad. Namun demikian, segera setelah Muhammad tiba di Medinah mereka mulai melihat bahwa ada roh yang berbeda yang bekerja di dalam Islam. Maka orang-orang Yahudi itu mulai berusaha untuk keluar dari perjanjian dengan nabi Islam itu. Muhammad, dalam rangka menyelamatkan mukanya, harus melakukan sesuatu mengenai hal ini. Ia memutuskan untuk menghukum suku-suku Yahudi itu.

Akibatnya, suku Yahudi yang pertama di Medinah, yaitu suku Bani Qaynuga, diusir pada tahun 624 M: itu artinya rumah dan tanah mereka disita Muhammad dan dibagikan sebagai jarahan untuk para pengikutnya, dan mereka harus meninggalkan Medinah. Mengapa? Karena mereka tidak sepenuh hati mendukung Muhammad dalam perang melawan penyembah-penyembah berhala di Mekkah dalam perang Badar sebulan sebelumnya.

Suku Yahudi kedua yang dihukum oleh Muhammad bukannya dilarang melainkan diusir keluar dari Medinah pada tahun 625 AD. Hal ini berarti bahwa semua harta benda mereka dirampas, termasuk segala sesuatu yang ada di dalam rumah-rumah mereka. Mereka hanya berhasil menyelamatkan hidup mereka yang telanjang. Mengapa? Karena suku Yahudi ini, Bani An-Nadhir, dituduh melakukan intrik-intrik menentang Muhammad. Mereka telah membuat perjanjian dengan suku-suku Bedouin di luar Medinah dengan tujuan menyingkirkan Muhammad.

Suku Yahudi ketiga yang menerima penghukuman adalah Bani Qurayza pada tahun 627 AD, dimana mereka bukan dilarang atau diusir keluar dari Medinah, melainkan dimusnahkan, karena dianggap salah seorang dari mereka berusaha membunuh Muhammad. Sekitar 300 orang laki-laki dari suku ini dicincang di Medinah atas perintah Muhammad, dan anak-anak laki-laki, gadis-gadis dan kaum wanita lainnya didistribusikan sebagai budak-budak diantara orang Muslim di Medinah. Muhammad mengambil salah seorang dari wanita-wanita Yahudi ini untuk menjadi budaknya.

Ini adalah sebuah poin yang sangat penting untuk dicatat dari kehidupan Muhammad. Sebelum akhir hidupnya, Muhammad berhasil menjadikan Medinah sebagai basis kekuasaannya, menjadi sebuah daerah yang bebas dari pengaruh Yahudi. Sisa-sisa dari orang-orang Yahudi di Arabia berkumpul di oasis yang subur di Khaybar yang letaknya lebih dari 100 mil sebelah utara Medinah. Muhammad di awal tahun 628 AD pergi ke sana, mengepung orang-orang Yahudi, dan setelah dua minggu pengepungan maka mereka pun menyerah. Dan kemudian para pemimpin oposisi terhadap Muhammad dari orang-orang Yahudi ini diperlakukan dengan cara yang persis sama sebagaimana terhadap suku Qurayza di Medinah. Artinya, sekali lagi kaum pria dicincang dan para wanita dan anak-anak didistribusikan sebagai budak-budak diantara para pejuang Muslim.

Sungguh sebuah fakta sejarah yang luar biasa: sebelum akhir hidupnya Muhammad telah menghancurkan secara sempurna, bahkan melenyapkan sama sekali, semua yang berhubungan secara keagamaan dan politis dengan Yudaisme di Arabia.

Sekali lagi di sini, benar-benar sebuah hal yang sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Kristus! Adalah benar bahwa keduanya, Kristus dan Muhammad mengkritik orang-orang Yahudi pada masa mereka hidup. Dan begitu juga halnya orang-orang Yahudi pun mengkritik keduanya pada masa hidup mereka. Tetapi bagaimana Yesus dan Muhammad bereaksi terhadap kritikan orang-orang Yahudi terhadap pribadi mereka, disinilah anda menemukan perbedaan yang benar-benar fundamental. Muhammad tidak pernah mentolerir kritik tersebut, tetapi memutuskan untuk menghukum orang-orang Yahudi hingga akhirnya mereka benar-benar dilenyapkan. Berbeda dengan Yesus, yang dengan sabar menanggung perlawanan dari orang-orang Yahudi, dimana Ia tidak pernah membunuh satu pun dari mereka, bahkan Yesus mengijinkan orang-orang Yahudi itu membunuhNya agar mereka pun bisa diselamatkan. Muhammad menanggapi kritikan orang Yahudi pada masa ia hidup dengan cara menghancurkan mereka. Kristus sebaliknya menginjinkan mereka tetap mengkritikNya hingga pada akhirnya mereka membunuhNya. Sekali lagi di sini, kita bisa mempelajari dua pendiri agama yang keduanya berkaitan dengan orang-orang Yahudi, namun sangat bertentangan satu sama lain seperti Kristus dan Muhammad.

Jika anda memperhatikan fakta-fakta ini, maka anda tidak akan lagi terheran-heran mengenai apa yang sedang terjadi di Timur Tengah saat ini. Orang-orang Yahudi memiliki ingatan yang panjang. Mereka tahu apa yang dilakukan oleh Muhammad dan para pengikutnya terhadap mereka sejak awal mula berdirinya Islam. Tentu saja orang Muslim dengan bangga berkata bahwa mereka menghormati orang Yahudi. Dan mereka benar: ada banyak hal-hal yang baik yang disebutkan dalam Quran mengenai orang-orang Yahudi. Jika orang-orang Yahudi mau tunduk dibawah kekuasaan dan otoritas Muslim di sebuah Negara Islam, maka mereka akan diperlakukan dengan baik. Tetapi segera setelah mereka memberontak terhadap pemerintahan Islam, segera setelah orang-orang Yahudi berkata, “Kami tidak mau menjadi orang-orang kelas dua dibawah kekuasaan Islam”, maka anugerah terhadap orang-orang Yahudi dalam Islam berakhir. Dan inilah hal yang sesungguhnya terjadi di Palestina atau di Israel hari-hari ini. Muslim berkata, “Kami adalah mayoritas, orang-orang Yahudi harus ada di bawah pemerintahan kami.” Orang-orang Yahudi tidak mau tunduk, maka dalam pandangan orang Muslim, mereka harus, bukan hanya sebaiknya, tetapi mereka harus diserang, hingga akhirnya mereka dilenyapkan, sebab hal ini sudah tertulis ke dalam pondasi yang paling dalam dari Islam. Teladan yang diperlihatkan oleh Muhammad sendiri yang memimpin Muslim untuk melakukan hal itu.

 
3. MUHAMMAD DAN WANITA

Sebelum tahun 619 M, Muhammad hanya mempunyai seorang istri. Anda tentunya ingat ia menikahi seorang wanita kaya bernama Khadija. Dengan bantuannya, Muhammad dapat mengunjungi banyak negara di tanah Arab dan juga Negara-negara di sekelilingnya, sehingga ia dapat berkenalan dengan berbagai macam orang. Semasa Khadija masih hidup, ia adalah istri satu-satunya. Dari Khadija yang lebih tua 15 tahun, Muhammad memiliki 4 orang puteri, yaitu: Zainab, Ruqayyah, Fatima, dan Umm Kulthum. Yang paling menonjol adalah Fatima.

Namun, setelah Khadija wafat pada 619 M, Muhammad menikah lagi dan memiliki 1, 2, 3 dan lebih banyak istri lagi hingga akhirnya ia telah secara sah bertunangan dengan 13 atau 14 wanita. Tambahan lagi, ia dicatat mempunyai hubungan seksual dengan banyak wanita lain, ada yang dengan sukarela memberikan diri pada Muhammad, ada pula yang diinginkannya. Nama-nama wanita yang dinikahinya secara sah dan perkiraan tahun ia menikahi mereka adalah: pada 620 AD Saudah, pada 621 AD Aisyah, pada 624 AD Hafsah, pada 625 AD Zainab (yang pertama), pada 626 AD Umm Salama, pada 626 AD Zainab (yang kedua, seorang Yahudi), pada 628 AD Mariyyah (seorang budak wanita beragama Kristen Koptik dari Mesir), pada 628 AD Safiyyah (juga seorang Yahudi), pada 628 AD Umm Habibah dan pada 629 AD Maymunah.

Dari semua wanita ini kita hanya akan memperhatikan 3 saja, yang situasi perkawinannya sangat menunjukkan adanya perbedaan yang mendalam antara standar moral Muhammad dengan standar kekudusan Yesus.

Yang pertama adalah pernikahannya dengan Aisyah. Ia menikahi Aisyah pada sekitar 621 AD sebelum ia meninggalkan Mekkah menuju Medinah. Hal yang memalukan mengenai pernikahan ini bukanlah  karena Aisyah adalah puteri dari sahabat karibnya Abu Bakar – yang kemudian hari menjadi kalifah yang pertama setelah Muhammad – tetapi karena ia menikahi Aisyah yang masih berumur 6 tahun dan melakukan hubungan suami-istri dengannya ketika ia masih berusia 9 tahun. Ada catatan-catatan dalam tradisi orang-orang Muslim mengenai Aisyah yang selalu membawa mainannya dan bahwa Muhammad bermain dengannya. Apabila anda melakukan hal-hal seperti ini di negara-negara Barat, anda akan dijebloskan ke dalam penjara – pelecehan seksual terhadap anak bukanlah sesuatu yang secara intrinsik buruk atau tidak dikenal oleh orang Muslim, karena Muhammad melakukannya. Dan dalam alam berpikir orang Muslim apa saja yang dilakukan Muhammad tidak bisa salah, karena jika tidak demikian Allah tidak mungkin memilihnya untuk menjadi pembawa pesan/wahyu Allah bagi manusia. Inilah sebabnya selama berabad-abad, dan di beberapa belahan dunia, bahkan sampai hari ini, anak-anak perempuan diserahkan untuk dinikahkan dengan pria kaya walau mereka belum cukup umur, terutama jika mereka berasal dari keluarga miskin. Bagaimanapun, sejujurnya, secara umum hal ini dilarang oleh syariah Islam, atau setidaknya tidak dianjurkan oleh syariah agar anak-anak perempuan dinikahkan sebelum masa pubertas. Namun demikian, seorang Muslim akan berkata, “Muhammad melakukannya, maka saya juga dapat melakukannya”.

Contoh yang kedua lebih menjijikkan lagi. Muhammad mengadopsi seorang anak laki-laki bernama Zaid Ibn Thadit. Ia menikah dengan seorang wanita muda yang cantik. Dan Muhammad jatuh cinta pada menantu perempuannya ini, istri dari anak angkatnya. Pada awalnya ia sangat ingin untuk mengambil menantunya ini, tetapi oleh karena ada wahyu khusus dari Allah, ia diijinkan untuk memutuskan ikatan perkawinan anak angkatnya dan Zainab menantu perempuannya itu sebagai isrinya. Hal ini terjadi sekitar tahun 626 AD. Ia adalah wanita Yahudi yang kedua yang diperistri Muhammad (Muhammad menikahi 4 wanita Yahudi, salah satunya orang Kristen dan yang lainnya berasal dari latar-belakang bukan orang percaya). Menurut standar Alkitab ini bukan saja perzinahan, tetapi perzinahan yang teramat buruk: memperistri menantu perempuannya sendiri dan mensahkannya dengan wahyu khusus dari Allah. Ayat-ayat wahyu khusus yang menggemakan situasi ini masih dapat ditemukan dalam Quran pada masa kini dalam Sura al-Ahzab 33:36-38.

Kemungkinan besar kasus yang terparah adalah Safiyah. Sekali lagi Muhammad menikahi seorang Yahudi. Tetapi itu bukan hal yang memalukan. Yang menjijikkan dari pernikahan yang terjadi pada 628 M ini adalah ia berasal dari suku Yahudi an-Nadhir. Ayahnya adalah pemimpin oposisi terhadap Muhammad ketika suku Yahudi tersebut masih tinggal di Medinah. Safiyah, bersama dengan seluruh anggota keluarganya, kerabatnya dan kelompok sukunya diusir dari Medinah dan berlindung di Khaybar, sebuah oasis dengan benteng yang kemudian diduduki Muhammad. Setelah kejatuhan Khaybar ke tangan orang-orang Muslim ia harus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana suaminya, lalu ayahnya dan kemudian seluruh kerabatnya dibantai di hadapannya. Salah seorang kerabatnya adalah bendahara kekayaan orang-orang Yahudi. Muhammad sangat menginginkan harta kaum Yahudi. Kemudian orang ini disiksa di depan matanya dan ia harus menyaksikan derita dan kematian brutal kerabatnya itu. Setelah semuanya itu, Muhammad mengambilnya dan melakukan hubungan seksual dengannya dalam kemah Muhammad. Tak dapat dibayangkan apa yang ada dalam hati wanita yang mengalami hal seperti ini. Bagaimana anda harus menyaksikan bukan hanya suamimu dibantai di depan matamu namun, juga kemudian seluruh kerabat dekatmu, dan sebelum pulih benar secara emosi dari bencana ini, diambil untuk ditiduri pada malam hari di kemah di luar Khaybar: betapa kebencian yang mendalam menguasai hati Safiyah!

Orang-orang Muslim berusaha untuk menutupi kejadian ini dalam biografi Muhammad dengan mengatakan bahwa Muhammad menghormatinya dan memperlakukannya dengan baik. Namun ada tradisi-tradisi Muslim yang lebih realistis. Salah satunya adalah bahwa pada malam itu seorang pejuang Muslim yang setia berdiri berjaga dengan pedang terhunus di luar tenda Muhammad, takut kalau-kalau Safiyah akan balas dendam dan mencoba membunuh Muhammad yang sedang memperkosanya. Ia ingin melompat masuk ke dalam tenda dan menyelamatkan Muhammad dari wanita Yahudi ini yang telah mengalami ketidakadilan. Tradisi-tradisi seperti ini telah membawa para ahli Islam dari Barat menduga bahwa ia bisa jadi terlibat dalam usaha meracuni Muhammad di kemudian hari. Orang Muslim mengakui bahwa insiden itu memang terjadi, yaitu saat Muhammad akan dibunuh dengan racun. Nampaknya ia merasa ada racun dalam makanannya sehingga segera dimuntahkannya, tetapi 2 orang lain yang makan bersamanya mati karena racun itu. Apapun yang sesungguhnya terjadi, satu hal yang diakui orang Muslim: Muhammad di kemudian hari berkata, ‘racun orang Yahudi menghancurkan hidupku’. Besar kemungkinan Muhammad kemudian meninggal karena efek setelah peracunan itu. Jika hal ini benar, jika Safiyah terlibat dalam usaha pembunuhan Muhammad dan dengan demikian secara tidak langsung bertanggungjawab atas kematiannya, maka Muhammad menuai apa yang ditaburnya. Ia menabur kekerasan dan menuai kekerasan. Semua kalifah besar yang pertama, para pemimpin komunitas Muslim setelah Muhammad – Abu bakar, Umar, Uthman dan Ali – tidak mengalami kematian yang wajar, namun mereka dibunuh. Seakan telah dibangun di dalam struktur Islam bahwa kekerasan dan kekuatan memainkan peranan yang utama dalam penyingkapan sejarahnya- sejak awal mulanya dan seterusnya.

Sebagai kesimpulan, mari kita perhatikan disini perbedaan yang sangat besar antara Muhammad dan Kristus. Yesus tidak menikah. Yesus tidak berzinah. Yesus mengatakan bahwa anda berzinah jika memperistri menantu perempuanmu dan menidurinya, tetapi lebih daripada itu anda sudah berzinah jika anda memandang seorang perempuan dengan nafsu (Mat.5 :28). Betapa ini suatu perbedaan yang sangat besar : Muhammad dengan semua wanita ini; Muhammad melakukan semua hal yang dari sudut pandang Alkitab sangat menjijikkan sedangkan Yesus menghormati kaum wanita dan membawa suatu standar kekudusan yang baru ke dalam dunia kita ! Sekali lagi disini saya mendapati tidak ada yang sama seperti kedua pendiri agama ini yang saling bertentangan satu sama lain seperti Muhammad dan Yesus.

Jika anda mempelajari Islam, anda akan mensyukuri apa yang diajarkan Yesus. Anda akan menemukan dimensi baru dalam menghargai Injil yang adalah berita mengenai hidup Yesus. Ia tidak mengobarkan perang tetapi Ia adalah seorang guru dengan otoritas penuh. Ia adalah Putera Tuhan YAHWEH. Ia mempunyai segala kuasa di bumi dan di Sorga. Namun demikian ia rendah hati dan dalam kerendahanNya Ia berjalan dengan ketaatan, dan Ia tidak membunuh orang-orang Yahudi pada masa hidup-Nya tetapi mengijinkan mereka untuk mengambil tanggung-jawab atas penghukuman yang dijatuhkan pada-Nya. Dan Ia memperlakukan wanita dengan cara yang belum pernah dilakukan orang, sebelum dan sesudah masa hidup-Nya. Ia membawa standar kekudusan yang indah ke dalam relasi antara 2 jender yang berbeda ini (laki-laki dan perempuan) yang masih mempengaruhi sebagian besar dunia pada masa kini.

Setiap kali saya berefleksi atas hal-hal ini sekali lagi saya sangat menghargai kasih, kerendahan hati, dan sukacita kudus Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Kiranya studi yang singkat ini menolong anda untuk mempunyai penghargaan baru akan apa yang anda miliki dalam Yesus! Dan jika mungkin, jangan ragu untuk melakukan apa yang anda bisa lakukan untuk  menyampaikan berita kasih, kerendahan hati dan sukacita kudus kepada tetangga-tetangga anda orang-orang Muslim, hingga ke ujung-ujung bumi. Tidak ada solusi bagi permasalahan-permasalahan yang datang bersama dengan Islam kecuali di dalam pribadi Yesus! Ia telah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33), termasuk dunia Islam, dengan mati di atas kayu salib bagi dosa seluruh dunia, termasuk dosa-dosa Muhammad dan semua pengikutnya. Hanya melalui iman di dalam Yesus, hanya melalui dipenuhi oleh Roh Kudus akan ada harapan bagi orang-orang dan bangsa-bangsa di dunia, termasuk dunia Islam. Apakah anda bagian dari hal ini? Maukah anda mengijinkan Yesus untuk menggunakan anda sebagai bejana untuk menyampaikan kasih-Nya, kerendahan hati dan sukacita kudus kepada tetangga anda dan sampai ke ujung bumi? Kiranya Yesus menolong anda untuk melakukannya melalui Roh Kudus-Nya yang dicurahkan-Nya bagi kita dari Bapa-Nya yang di Sorga!       

Artikel ini dipetik dari situs www.buktidansaksi.com