Natal YESUS dan Maulid Muhammad: Mana Yang Harus Dirayakan?
Kelahiran Nabi Muhammad hanya perkiraan dan kesepakatan islamik saja. Ada yang percaya Maulid jatuh pada tanggal 9, ada yang mengadopsi tanggal 12 Rabiul Awal, dan ada yang tidak mempercayai penetapan tanggal kelahirannya dengan alasan yang masuk akal bahwa hari H itu bagaimanapun tidak tercatat oleh siapapun secara mutlak benar! Sebagian Muslim lainnya bahkan menolak merayakan Maulid Nabi karena menganggap-nya sebagai sebuah bidat, karena perayaan tsb tidak pernah disinggung dan dicontohkan Nabi kepada umatnya. Mereka bahkan percaya bahwa perayaan Maulid ala manusia dunia ini malahan bisa-bisa terancam masuk ke neraka.
Wikipedia mencatat asal-usul kelahiran Muhammad sebagai berikut:
“The public celebrations of the birth of Muhammad did not occur until four centuries after his passing away. The oldest Mawlid text is claimed to be from the 12th century and most likely is of Persian origin. The earliest observation of the Prophet's birth as a holy day was arranged privately somewhere in the late twelfth century”.
“Perayaan kelahiran Muhammad secara publik baru dilakukan 4 abad setelah kematiannya. Teks Maulid tertua diklaim berasal dari abad ke-12 Masehi, dan besar kemungkinan teks tersebut aslinya berasal dari Persia. Perayaan kelahiran Nabi sebagai sebuah hari yang disucikan ditetapkan secara privat pada sekitar akhir abad ke-12 Masehi”
Shalahuddin Al-Ayyubi
KONON --tidak ada kepastian sejarah-- gagasan peringatan Maulid Nabi baru dimulai oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang merebut Yerusalem dari kaum Kristiani. Maka Islam sebagai Sang penakluk tentu merasa diri tak nyaman tatkala hanya menjadi penonton-congek atas “seni-religi” perayaan Natal yang semarak dari kalangan Kristiani. Maka merekapun terinspirasi untuk mulai mengorbitkan seremoni Maulid Nabi agar mampu menandingi perayaan Natal. Sayangnya tak ada dasar dan unsur Muhammad sedikitpun yang bisa diangkat oleh Islam untuk bersaing lurus dengan Yesus Kristus dalam aspek KELAHIRANNYA. Bahkan dari pohon keturunannya sejak Abraham hingga kepada Yesus dan Muhammad, kemuliaan Yesus selalu bertengger jauh diatas Muhammad. Sedemikian sehingga orang Muslim juga tidak pernah mampu menjawab -- secara bertanggung jawab -- siapakah yang dinyatakan lebih berkuasa oleh Allah diantara kedua sosok nabi terakhir itu: Yesus atau Muhammad?
Sekalipun demikian, Muslim terus memaksakan status dan dampak kenabian Nabinya untuk tidak boleh kalah pamor terhadap siapapun, termasuk Yesus (!) yang walau sudah ditetapkan dalam Quran sendiri sebagai sosok paling terkemuka di dunia dan di alam akhirat (QS.3:45).
Akan tetapi adakah satu kasus kelahiran Muhammad, dari “darah-Arab” ini yang kemuliaannya lebih superior terhadap Yesus dari “darah Yahudi”, sejak dimulai dari pohon keturunan Abraham? Perhatikanlah perbandingan asal-usul keduanya.
1. Yang satu, Ismail, datang dari anak gundik (dari Hagar), dibandingkan dengan Ishaq anak kandung (dari Abraham dengan Sarah), bisakah disetarakan oleh Tuhan, Abraham, Sarah dan masyarakatnya, setelah dijejerkan keduanya secara amat kontras?
2. Ternyata SARAH --dan Elohim berturut-turut-- berkata kepada Abraham:
"Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak."
Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu.
Tetapi ELOHIM berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak” (Kej21:10-12).
3. Elohim juga berkata lantang, “TIDAK”, dan gugurlah Ismail sebagai anak PerjanjianNya, karena ia hanyalah produk-percepatan yang disodorkan oleh Sarah (bukan oleh Tuhan) kepada Abraham. Namun Tuhan menyebut Ishaq sebagai Anak Perjanjian Elohim (Kejadian 17:19).
4. Dan Ismail itu tidak dinyatakan oleh Allah sebagai anak kenabian dan Kitab. Allah hanya berkenan memasukkan Ishaq sebagai anak kenabian dan Kitab (QS 29:27).
5. Dimanapun dan kapan pun (Alkitab ataupun Quran), Ismail tidak pernah berbicara dengan Allahnya. Sebaliknya Elohim bersabda kepada Ishaq, memperkenalkan jati-diri dengan menampakkan diriNya: “Akulah Elohim ayahmu Abraham…“ (Kej.26:24).
6. Ismail bukan anak mukjizat Ilahi. Ia lahir biasa dari seorang gundik muda yang subur, versus Ishaq yang lahir secara mukjizat Ilahi, dari rahim Sarah yang mati mandul diusia sangat tua, 90 tahun. Yang sudah dinubuatkan dalam janji Tuhan setahun sebelumnya! (Kej.17:21).
Ringkas kata dan fakta, tak ada pengangkatan dan unsur kenabian apapun yang ada pada Ismail, kecuali hanya diKLAIM sendiri oleh Muhammad atas nama Allah!
7. Dengan cara yang sama pula, Muhammad hanya dilahirkan diam-diam tanpa diketahui oleh dunia, tidak muncul dari sepotong mujizat ataupun tanda Ilahi apapun, bahkan juga tidak diangkat oleh siapapun sebagai Nabi di gua Hira, kala beliau diturunkan wahyu pertama. Bandingkan ini dengan Yesus yang lahir sebagai TANDA & RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM! (Qs.19:21). DIMAKLUMATKAN OLEH GABRIEL SEBAGAI “ANAK ELOHIM, JURUSELAMAT, MESIAS, KUDUS DAN TUHAN” (!) DISAMBUT DENGAN BALATENTARA SURGAWI (Lukas ps.2, 1:35).
8. Muhammad berkata, ada 124.000 nabi-nabi diseluruh bangsa-bangsa. Tapi hanya SATU nabi paling istimewa didunia yang dilahirkan secara adikodrati:
- Lewat Kalimat Allah
- Dengan tiupan Ruh Allah
- Hamil dalam rahim Maria yang masih perawan yang mustahil hamil.
- Bisa “berbicara-wahyu” sejak bayi dalam buaian
- Dinyatakan sebagai Anak yang Suci, tidak pernah berbuat dosa dan minta ampun akan dosa!
Jadi, manakah pasal dari kelahiran / Maulid Muhammad yang bisa dibandingkan dan dirayakan, untuk bersaing dengan kemuliaan NATAL YESUS?
Bahkan Muhammad sendiri (yang tahu diri) telah melarang umatnya untuk mengagung-agungkan dirinya dengan memperbandingkannya dengan Isa Al-Masih (yang dalam hai ini memang layak diagungkan) yang tentunya termasuk perayaan NatalNya,
“Janganlah kamu berlebih-lebihan memujiku, sebagaimana kaum Nasrani telah berlebih-lebihan memuji putera Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka sebutlah, ‘Abdullah wa rasuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya)’.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Disini Muhammad mengakui dirinya hanyalah hamba (yang memberi peringatan), yang sadar bahwa Al-Masih adalah sosok paling terkemuka di dunia, di akhirat, dan disisi kedekatan dengan Allah (Qs 3:45). Dimana-mana didalam Quran, kebesaran Muhammad memang hanya terganjal oleh kebesaran Yesus seorang, baik di dunia maupun di akhirat. Itulah sebabnya beliau merasakan dilema besar dalam penghayatan “splitting-ego” dirinya. Disatu pihak ia sadar akan posisi kemuliaan dirinya ada dibawah ranking Yesus, sehingga ia harus menampik dirinya (dan hari kelahirannya) untuk diagung-agungkan oleh para pengikutnya betapapun mereka mencintainya. Akan tetapi dilain pihak beliau justru MENUNTUT PEMUJAAN DIRINYA dengan mengklaim,
“Saya telah diutus sebagai generasi keturunan Adam yang terbaik keseluruhannya sejak penciptaan” (HS.Bukhari 4.56.757), …."Dan demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya (Demi Allah), tidaklah beriman salah seorang kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada dirinya, hartanya, anaknya, dan manusia seluruhnya." (HR. Al-Bukhari, juga QS.33:6).
Splitting-Ego ini menempatkan Muhammad dan Muslim pada persimpangan jalan yang tak terselesaikan. Muhammad ingin dirinya dicintai sepenuhnya, diagungkan dan dirayakan, dan Muslim ingin menunjukkan kecintaan mereka kepada nabinya, namun semuanya terganjal oleh kebesaran Yesus dan Natalnya yang lebih shahih! Itu sebabnya sampai kepada generasi sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in pun Maulid Muhammad tidak pernah muncul dirayakan walau mereka tak berhalangan apapun jikalau memang mau merayakannya. Dan hingga sekarangpun tidak ada kepastian Muslim tentang Maulid Nabi yang satu ini dalam dua isu utama:
(1). Kapan hari lahirnya Nabi mereka persisnya? Semuanya hanya perkiraan dan kesepakatan islamik saja. Ada yang percaya Maulid jatuh pada tanggal 9, ada yang mengadopsi tanggal 12 Rabiul Awal, dan ada yang tidak mempercayai penetapan tanggal kelahirannya dengan alasan yang masuk akal bahwa hari H itu bagaimanapun tidak tercatat oleh siapapun secara mutlak benar!
(2). Sebagian Muslim lainnya bahkan menolak merayakan Maulid Nabi karena menganggapnya sebagai sebuah bidat, karena perayaan tsb tidak pernah disinggung dan dicontohkan Nabi kepada umatnya. Mereka bahkan percaya bahwa perayaan Maulid ala manusia dunia ini malahan bisa-bisa terancam masuk ke neraka,
“Barangsiapa yang menyelisihi Rasul setelah jelas baginya kebenaran dan mengikuti selain jalan orang-orang mukmin (yakni para sahabat Nabi), maka Aku akan palingkan ke mana mereka berpaling dan Kami masukkan mereka ke dalam Jahannam.” (An Nisaa’: 115, see www.alifta.org).
Ibn Taymiyya termasuk tokoh besar yang melarang Maulid. Juga Abd al-Aziz ibn Abd Allah ibn Baaz, Mufti Agung dari Saudi Arabia,Abdul Rahman Al-Sudais, imam dari Masjid al-Haram Mekah, bahkan Zakir Naik, apologet Islam yang dianggap terbesar saat ini.
KESIMPULAN: Tampaklah bahwa asal-usulnya Maulid itu tidak dikenal oleh Islam awal. Tidak berasal dari Muhammad, tidak dari surga atau dari Quran ataupun a-Hadis shahih. Ia hanya terinspirasi oleh perayaan Natal yang semarak dari orang Kristen, lalu berusaha untuk menirukannya kepada Muhammad, sambil mengkerdilkan atau menafikan Natal dengan mencari dalil untuk menyainginya. Maka lahirlah pelbagai larangan dan fatwa (semisal MUI) yang melarang Muslim mengucapkan selamat Natal kepada orang Kristen. Mengharamkan Natal, dimana tanggal 25 Desember dituding sebagai tanggal berhala dari ritual bangsa Romawi kuno, sampai-sampai ada yang beranggapan bahwa aktivitas apa pun yang berkaitan dengan Natal tidak boleh dibenarkan, sampai kepada jual beli barang dan jasa yang berkaitan dengan keperluan Natal, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (H.R Ahmad).
Tetapi sebaliknya, tokoh besar Islam Prof. Dr Quraish Shihab justru mempersilahkan setiap Muslim untuk hidup berkeadaban (bukan adab yang negatif) dengan ikut bersukacita bersama malaikat Jibril as. dan Allah yang bergembira dan berkata:
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya ALLAH menggembirakan kamu…” (Qs.19:45).
Quraish Shihab bahkan mengingatkan Muslim bahwa Isa sendiri berdoa bagi kesejahteraan Natalnya,
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan (NATAL), pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (Qs.19:33).
Dan Natalnya telah dijadikan Allah sebagai TANDA DAN RAHMAT bagi segenap kemanusiaan (Qs.19:21)! (Baca “MEMBUMIKAN AL-QURAN, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat” oleh Dr. M. Quraish Shihab).
Pertanyaan besar untuk direnungi dalam-dalam oleh setiap Muslim:
1. Siapakah yang lebih mulia, suci, dan kuasa dimata dan dimulut Allah (wahyu): Yesus atau Muhammad?
2. Adakah ayat-ayat Quran yang menghormati Maulidnya Muhammad seperti halnya yang Allah dan MalaikatNya telah lakukan bagi Natal Yesus?
3. Kelahiran siapakah yang Allah perintahkan untuk dirayakan oleh SELURUH UMAT MANUSIA: Yesus atau Muhammad?!”